LAPORAN PRAKTIKUM
ADSORPSI PADA LARUTAN
Abstrak
Adsorpsi (adsorption ‘penyerapan’) adalah proses
pemisahan dimana komponen tertentu dari suatu fase fluida berpindah kepermukaan
zat padat yang menyerap (adsorbent). Kebanyakan zat pengadsorpsi atau adsorbent
adalah bahan-bahan yang sangat berpori, dan adsorpsi berlangsung terutama pada
dinding pori atau letak-letak tertentu dalam partikel itu. Oleh karena
pori-pori itu biasanya sangat kecil, luas permukaan dalam menjadi beberapa orde
besaran lebih besar dari permukaan luar dan bisa sampai 2000 m2/gr. Isoterm adsorpsi menyatakan hubungan antara
tekanan parsial adsorbat dengan jumlah zat yang teradsorpsi pada temperatur
tetap dalam keadaan setimbang. Dengan kata lain, adsorpsi isoterm menunjukkan
ketergantungan jumlah zat yang teradsorpsi terhadap tekanan setimbang dari gas
pada temperatur tetap.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Judul
Praktikum : Adsorpsi Pada Larutan
1.2 Tanggal
Praktikum : 10 May 2015
1.3 Tujuan
Praktikum :
Menyelidiki
sifat-sifat adsorpi dari suatu adsorben pada larutan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Adsorpsi adalah proses yang terjadi
ketika gas atau zat terlarut cairan terakumulasi di permukaan yang solid atau
cair (adsorben), membentuk sebuah film molekul atau atom (adsorbat). Hal ini
berbeda dari penyerapan , substansi berdifusi ke cairan atau padat untuk
membentuk solusi. Para penyerapan istilah meliputi baik proses, sedangkan
desorpsi adalah sebaliknya proses. Adsorpsi adalah operasi dalam sistem fisik,
biologi, dan kimia yang paling alami, dan banyak digunakan dalam aplikasi
industri seperti arang aktif, resin sintesis, dan air pemurnian. Mirip dengan
tegangan permukaan, adsorpsi merupakan konsekuensi dari energi permukaan. Dalam
missal material, semua persyaratan ikatan (baik itu ionik, kovalen, atau logam) dari atom penyusun materi yang
terisi. Tapi atom dipermukaan (bersih) mengalami obligasi kekurangan, karena
mereka tidak sepenuhnya dikelilingi oleh atom lain. Oleh karena itu penuh
semangat menguntungkan bagi mereka untuk ikatan dengan apapun yang terjadi akan
tersedia. Persis sifat ikatan tergantung pada rincian dari spesies yang
terlibat, tapi teradsorpsi bukan umumnya diklasifikasikan sebagai menunjukkan
physorption atau chemisorption.
Physisorption adsorpsi atau fisik
adalah jenis adsorpsi dimana pada sorbat melekat pada bagian hanya melalui Van
der waals (antar molekul lemah) interaksi, yang juga bertanggung jawab atas
prilaku non-ideal gas nyata. Chemisorption adalah jenis adsorpsi dimana molekul
melekat ke permukaan melalui pembentukan ikatan kimia, yang bertentangan dengan
Van der walls yang menyebabkan physisorption. Adsorpsi biasanya digambarkan
melalui isoterm, yaitu fungsi yang menghubungkan jumlah adsorbat pada adsorben
, dengan tekanannya (jika gas) atau konsentrasi (jika cair). Satu dapat
menemukan tekanannya dalam literatur beberapa molekul yang menggunakan
/menggambarkan proses adsorbsi , yaitu Trendlich isotermis,isotermis langmuir,
BET isoterm, dll kami akan berurusan dengan Langmuir isoterm lebih detail
tentang LangMUir isoterm.
Pada tahun 1916, Irving Langmuir
menerbitkan sebuah isoterm untuk gas teradsorpsi pada padatan, yang
mempertahankan namanya. Ini adalah isoterm empiris berasal dari mekanisme
kinetik yang diusulkan.
Hal ini diadasarkan
pada empat hipotesis :
1.
Permukaan adsorben
adalah seragam , yaitu, semua sifat adsorpsi adalah sama.
2.
Molekul teradsorpsi
tidak berinteraksi.
3.
Semua adsorpsi
terjadi melalui mekanisme yang sama.
4.
Pada adsorpsi
maksimum, hanya monolayer terbentuk : molekul adsorbat tidak menyetorkan pada
lainnya, sudah teradsorpsi, molekul adsorbat, kiranya pada bebas permukaan
adsorben.
(Budiman
Anwar,2005)
Molekul pada permukaan solid
mendapat gaya tarik menarik dari molekul sekitarnya yang tidak seimbang karena
molekul-molekul tersebut cenderung menarik molekul lainnya. Phenomena ini
disebut dengan adsorpsi.
Peristiwa adsorpsi ini bersifat
selektif dan spesifik, dimana solute lebih mudah teradsorpsi daripada solvent.
Jumlah solute yang teradsorpsi oleh sejumlah adsorben berbanding lurus dengan
konsentrasi larutan/ukuran partikel adsorben. Secara empiris Frendlich telah
memberikan hubungan antara jumlah solute teradsorpsi dengan konsentrasi dalam
range tertentu :
Dimana :
x = gram solute
teradsoprsi oleh m gram adsorben
C = konsentrasi
n = tetapan
k = tetapan
Pada log x/m = versus log c menggambarkan garis lurus,
dengan slope (n) , dan intercept = loh k. Kemudian secara tradisional /teoritis Langmuir telah
menyelidiki peristiwa adsorbsi, dan memberikan persamaan :
Atau :
A dan B adalah
tetapan.
Dalam hal ini
c/(x/m) dapat diplot versus C, juga akan memberikan grafik lurus dimana, slope
= B/A, dan intersept = 1/A.
(S K Dogra, 1990)
1.
Adsorpsi Isoterm
Langmuir
Menurut Langmuir, bila gas diserap pada permukaan zat
padat lapisan yang terjadi hanya satu lapis molekul. Bagian permukaan yang
diliputi gas = ᶱ , jadi.
b = tetapan
P = Tekanan gas
Bila b kecil , artinya gas hanya diserap lemah :
atau :
Bagian permukaan yang diikuti gas,
berbanding lurus dengan tekanan gas.
Bila b besar,
artinya gas diserap kuat :
atau :
bila gas diserap kuat, hampir semua permukaan diliputi gas ( Ø = 1).
Bagian permukaan
yang kosong ;
Atau :
Bagian
kosong dari permukaan terbalik dengan tekanan gas.
1.1
Gas Diserap lemah
Pada reaksi
A → hasil-hasil
A hanya lemah diserap oleh permukaan katalisator :
Pi
= tekanan awal
X = pengurangan
tekanan pada saat t
Contoh :
·
Uraian fosfin di
atas gelas, porselin, dan silika
·
Uraian uap- asam
formiat di atas gelas, Pt, Rh
·
Uraian N2O
di atas Au
·
Uraian HI diatas Pt
1.2
Gas Diserap Kuat
→A hasil-hasil
Kecepatan
reaksinya tidak tergantung pada tekanan, dan tingkat reaksinya = 0
Integrasinya :
Contoh :
·
Uraian NH3
diatas wolfrom
·
Uraian NH3
diatas Mo dan Ar
·
Uraian HI diatas
emas
1.3
Diserap Sebagian
A → hasil-hasil
Contoh
:
·
1.4
Penghalang Reaksi
Adanya hasil reaksi yang sangat kuat diserap oleh
katalisator dapat menghalangi reaksi yang bersangkutan, sebab sebagian
permukaan katalisator ditutup oleh hasil reaksi tersebut :
Contoh
:
A → B + C
Lemah Diserap Kuat Diserap
Pa= tekanan gas A ØB= bagian yang diisi B
Pb = tekanan gas B (1-ØB) = bagian yang kosong
Jadi kecepatan reaksi berbanding lurus dengan tekanan
pereaksi dan berbanding terbalik dengan tekanan hasil reaksi.
Misal
:
H2
diikat kuat oleh Pt
Bila hasil reaksi tidak begitu kuat dengan diserap oleh
katalisator, rumus berlaku ;
Contoh
:
·
Uraian N2O
diatas Pt, CdO, CaO, dan NiO (O2
diikat kuat )
(Sukardjo, 1989)
Adsorpsi
(adsorption ‘penyerapan’) adalah proses pemisahan dimana komponen tertentu dari
suatu fase fluida berpindah kepermukaan zat padat yang menyerap (adsorbent).
Biasanya partikel-partikel terkecil zat penyerap ditempatkan dalam suatu
hamparan tetap, dan fluida lalu dilalui melalui hamparan ini sampai zat padatan
itu mendekati jenuh dan pemisahan yang dikehendaki tidak dapat lagi
berlangsung.
Aliran itu
dipindahkan kehamparan kedua sampai adsorbent jenuh tadi dapat diganti atau di
regenerasi. Proses lain yang biasa digunakan adalah dengan cara setengah tampak
(semibath) ini adalah perrtukaran ion (ion Exchange).
Ion yang akan dilaksanakan di deionisasi dilewatkan melalui manic-manik resin penukar ion didalam kolom sampai resin itu menjadi hampir jenuh. Pemisahan ketakmurnian-rumus melalui reaksi dengan zat padat dapat pula dilakukan dalam hamparan tetap; contohnya yang cukup dikenal adalah pembersihan dari gas H2S dari gas sintesis dengan pelat-pelat ZnO.
Adsorbent dan Proses Adsorpsi
Kebanyakan
zat pengadsorpsi atau adsorbent adalah bahan-bahan yang sangat berpori, dan
adsorpsi berlangsung terutama pada dinding pori atau letak-letak tertentu dalam
partikel itu. Oleh karena pori-pori itu biasanya sangat kecil, luas permukaan
dalam menjadi beberapa orde besaran lebih besar dari permukaan luar dan bisa
sampai 2000 m2/gr. Pemisahan terjadi karena perbedaan bobot molekul
dan karena perbedaan polaritas menyebabkan sebagian molekul melekat pada permukaan
itu lebih erat dari pada molekul-molekul lainnya.
Dalam
kebanyakan hal, komponen komponen yang di adsorpsi atau adsorbat melekat
sedemikian kuat sehingga memungkinkan pemisahan komponen itu secara menyeluruh
dari fluida tanpa terlalu banyak adsorpsi terhadap komponen lain. Regenerasi
adsorben dapat dilaksanakan kemudian untuk mendapatkan adsorbat dalam bentuk
terkonsentrasi atau hamper murni. Adsorpsi dapat pula digunakan untuk
memulihkan hasil-hasi reaksi yang tidk mudah dipisahkan dengan distilasi atau
kristalisasi.
(Smith,1985)
Salah satu sifat penting dari permukaan zat adalah adsorpsi. Adsorpsi
adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas)
terikat pada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis)
pada permukaan padatan tersebut. Berbeda dengan absorpsi dimana fluida terserap
oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan.
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan
zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara
substansi dengan penyerapnya.
Definisi lain
menyatakan adsorpsi sebagai suatu peristiwa penyerapan pada lapisan permukaan
atau antar fasa, dimana molekul dari suatu materi terkumpul pada bahan
pengadsorpsi atau adsorben.
Adsorpsi adalah
pengumpulan dari adsorbat diatas permukaan adsorben, sedang absorpsi adalah
penyerapan dari adsorbat kedalam adsorben dimana disebut dengan fenomena
sorption. Materi atau partikel yang diadsorpsi disebut adsorbat, sedang bahan
yang berfungsi sebagai pengadsorpsi disebut adsorben.
Adsorpsi
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika (disebabkan oleh gaya Van
Der Waals (penyebab terjadinya kondensasi gas untuk membentuk cairan) yang ada
pada permukaan adsorbens) dan adsorpsi kimia (terjadi reaksi antara zat yang
diserap dengan adsorben, banyaknya zat yang teradsorbsi tergantung pada sifat
khas zat padatnya yang merupakan fungsi tekanan dan suhu).
1. Adsorpsi fisika
Berhubungan dengan gaya Van der Waals. Apabila daya tarik menarik antara
zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari daya tarik menarik antara zat
terlarut dengan pelarutnya, maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada
permukaan adsorben. Adsorpsi ini mirip dengan proses kondensasi dan biasanya
terjadi pada temperatur rendah pada proses ini gaya yang menahan molekul fluida
pada permukaan solid relatif lemah, dan besarnya sama dengan gaya kohesi
molekul pada fase cair (gaya van der waals) mempunyai derajat yang sama dengan
panas kondensasi dari gas menjadi cair, yaitu sekitar 2.19-21.9 kg/mol. Keseimbangan
antara permukaan solid dengan molekul fluida biasanya cepat tercapai dan
bersifat reversibel.
2.
Adsorpsi Kimia
Yaitu
reaksi yang terjadi antara zat padat dengan zat terlarut yang teradsorpsi.
Adsorpsi ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya yang jauh lebih besar
daripada Adsorpsi fisika. Panas yang dilibatkan adalah sama dengan panas reaksi
kimia. Menurut Langmuir, molekul teradsorpsi ditahan pada permukaan oleh gaya
valensi yang tipenya sama dengan yang terjadi antara atom-atom dalam molekul.
Karena adanya ikatan kimia maka pada permukaan adsorbent akan terbentuk suatu
lapisan atau layer, dimana terbentuknya lapisan tersebut akan menghambat proses
penyerapan selanjutnya oleh batuan adsorbent sehingga efektifitasnya berkurang.
Seperti halnya
kinetika kimia, kinetika adsorpsi juga berhubungan dengan laju reaksi. Hanya
saja, kinetika adsorpsi lebih khusus, yang hanya membahas sifat penting dari
permukaan zat. Kinetika adsorpsi yaitu laju penyerapan suatu fluida oleh
adsorben dalam suatu jangka waktu tertentu. Kinetika adsorpsi suatu zat dapat
diketahui dengan mengukur perubahan konsentrasi zat teradsorpsi tersebut, dan
menganalisis nilai k (berupa slope/kemiringan) serta memplotkannya pada grafik.
Kinetika adsorpsi dipengaruhi oleh kecepatan adsorpsi. Kecepatan adsorpsi dapat
didefinisikan sebagai banyaknya zat yang teradsorpsi per satuan waktu.
Kecepatan atau besar kecilnya adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya :
·
Macam adsorben
·
Macam zat yang
diadsorpsi (adsorbate)
·
Luas
permukaan adsorben
·
Konsentrasi
zat yang diadsorpsi (adsorbate)
·
Temperatur
Menurut
Cheremisinorf (1993) factor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi antara lain:
1. Sifat
kimia dan fisika adsorbent yaitu luas permukaan, ukuran pori dan komposisi
kimia
2. Sifat
fisika dan kimia adsorbat yaitu ukuran molekul, polaritas molekul dan komposisi
kimia
3. Sifat
fase cairan yaitu pH dan suhu
4. Konsentrasi
untuk fase terserap untuk fase air
5. Waktu
kontak terserap antara fase terserap dengan adsoebent.
Istilah
adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Adsorpsi adalah peristiwa menempelnya
atom/molekul suatu zat pada permukaan zat lain karena tidak ada kesetimbangan
gaya dalam permukaan sedangkan absorpsi adalah masuknya zat yang diserap
kedalam adsorben. Zat yang diadsorpsi adalah adsorbat sedangkan zat yang
mengadsorpsi adalah adsorben. Secara umum proses adsorpsi dapat diartikan
sebagai proses penyerapan suatu zat oleh zat lain yang prosesnya hanya terjadi
pada permukaan zat tersebut, sehingga dalam hal ini luas permukaan mempunyai
peranan penting.
Isoterm
adsorpsi menyatakan hubungan antara tekanan parsial adsorbat dengan jumlah zat
yang teradsorpsi pada temperatur tetap dalam keadaan setimbang. Dengan kata
lain, adsorpsi isoterm menunjukkan ketergantungan jumlah zat yang teradsorpsi
terhadap tekanan setimbang dari gas pada temperatur tetap. Nilai ini bervariasi dari 0 pada P/Po = 0 ke tak
terhingga P/Po = 1. Sudut kontak dari uap yang terkondensasi = 0, ini berarti
permukaan terbasahi secara sempurna. Apabila garis isoterm mendekati garis
vertikal melalui P/Po, menunjukkan sudut kontak dari uap = 0, yang berarti
bahwa permukaan terbasahi secara sempurna.
Ukuran dan bentuk pori dalam suatu padatan
bervariasi. Pengkalsifikasian pori awalnya dilakukan oleh Dubinin yaitu
berdasarkan lebar rata-rata kemudian disempurnakan oleh Internasional Union
of Pure and Applied Chemistry menjadi seperti berikut ini :
Jenis-jenis Isoterm Adsorpsi
Berdasarkan interaksi yang terjadi antara adsorben dengan adsorbat maka
adsorpsi dibedakan menjadi :
1.
Adsorpsi Fisika
Adsorpsi fisika terjadi jika inetraksi antara adsorbat dan permukaan
adsorben hanya disebabkan oleh gaya van der waals, karena itu adsorpsi fisika
disebut juga adsorpsi van der waals. Adsorpsi fisika berlangsung cepat,
reversibel, dan molekul teradsorp tidak terikat kuat pada permukaan adsorben
sehingga panas adsorpsinya kecil (hanya beberapa kilojoule). Isoterm adsorpsi
fisika dikelompokkan menjadi lima berdasarkan klasifikasi Brunauer, Deming,
Deming dan Teller (BDDT).
Grafik adsorpsi isoterm tipe I biasa disebut tipe Langmuir. Isoterm ini
jarang ditemukan untuk material nonpori, umumnya pada karbon teraktivasi,
silica gel dan zeolit yang mempunyai pori sangat halus. Nilai asimtot ini
menunjukkan mikropori yang terisi seluruhnya. Tipe isoterm ini diperkirakan
untuk kemisorpsi reversible.
Grafik isoterm tipe II kadang disebut isoterm berbentuk S atau sigmoid.
Umumnya ditemui pada material nonpori atau pada material yang diameter porinya
lebih besar dari mikropori. Perubahan titik atau lengkungan dari isoterm selalu
terjadi dekat dengan titik akhir dari lapisan tunggal adsorbat yang pertama,
dengan kenaikan tekanan relatif (P/Po), kemudian lapisan kedua sampai lapisan
tertinggi dan berakhir sampai tingkat kejenuhan ketika jumlah lapisan adsorbat
menjadi tidak terbatas. Titik B menunjukkan bahwa molayer
sudah sempurna terbentuk.
Gambar
3. Tipe Isoterm Adsorpsi Fisika
Grafik
isoterm tipe III berbentuk konveks. Sistem ini
relatif jarang dan merupakan tipe dimana gaya adsorpsinya relatif rendah. Pada
dasarnya dikarakteristik oleh panas adsorpsi yang lebih kecil dari panas
pencairan adsorbat. Oleh karena itu, selama adsorpsi berlangsung, adsorpsi
tambahan lebih mudah terjadi karena interaksi adsorbat dengan lapisan yang
menyerap lebih besar daripada interaksi dengan permukaan adsorben. Isoterm tipe
IV terjadi pada adsorben yang memiliki jari-jari pori sebesar 15 – 1000 Å. Saat
nilai P/Po kecil, tipe isotermnya mirip tipe II namun peningkatan adsorpsi
menyolok sekali pada nilai P/Po yang lebih besar yakni saat kondensasi pori
(kapilaritas) terjadi. Isoterm tipe V
sama dengan tipe III namun kondensasi pori terjadi pada nilai P/Po yang lebih
tinggi. Tipe ini relatif jarang ditemui. Ukuran pori untuk
isoterm ini sama range pori tipe IV.
2. Adsorpsi Kimia
Jika
molekul teradsorpsi bereaksi secara kimia dengan permukaan, fenomena ini
disebut kemisorpsi. Karena ikatan kimia diputuskan dan dibentuk dalam proses
kemisorpsi maka panas adsorpsi mempunyai range nilai yang sama dengan reaksi
kimia (mencapai 400 KJ).
(Zemansky.
1955)
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan
Bahan
3.1.1 Alat
1.
Erlenmeyer
2.
Timbangan
3.
Buret
4.
Kertas Saring
5.
Corong
6.
Gelas Ukur
3.1.2 Bahan
1.
Larutan CH3COOH
0,1 N, 0,2N, 0,3N, 0,4N, 0,5N dan 0,6N
2.
Karbon aktif
3.
Larutan standart
0,5N (NaOH)
4.
Indikator pp 10%
3.2 Cara Kerja
1. 6 macam larutan CH3COOH dengan konsentrasi
yang berbeda dimasukkan kedalam erlenmeyer, sebanyak 25 ml
2. Karbon aktif ditambahkan kedalam erlenmeyer ,
masing-masing sebanyak 1 gram
3. Campuran diaduk dan dibiarkan 1 x 24 jam dalam keadaan
tertutup rapat
4. Setelah 1 x 24 jam, masing-masing campuran disaring dan
diambil filtratnya sebanyak 10 ml
5. 2 tetes indikator ditambahkan
6. Dititrasi dengan larutan standart NaOH 0,5 N
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
CH3COOH |
NaOH 0,5 N |
|||
V (ml) |
N |
V (ml) |
V (ml) |
Vrata-rata |
10 |
0,1 |
2 |
1,5 |
1,75 |
10 |
0,2 |
3 |
3 |
3 |
10 |
0,3 |
5,5 |
5,5 |
5,5 |
10 |
0,4 |
8 |
7,5 |
7,75 |
10 |
0,5 |
9,5 |
9,5 |
9,5 |
10 |
0,6 |
11 |
11 |
11 |
4.2 Pembahasan
Pada penyaringan, CH3COOH
agak sedikit keruh, dikarenakan pada saat didiamkan 1 x 24 jam, campuran yang
ada mengalami proses adsorbsi, dimana karbon aktif yang ada menyerap larutan CH3COOH
, oleh karenanya, larutan sedikit keruh.
Pada saat titrasi nilai titik
ekivalen yang didapat 1,75 ml ; 3 ml; 5,5 ml; 9,5 ml; 11 ml, disini semakin
tinggi konsentrasi suatu senyawa, semakin sukar dan semakin banyak larutan NaOH
digunakan pada proses titrasi yang untuk menghasilkan perubahan warna. Mengapa
demikian, karena disebabkan oleh pengaruh faktor larutan asam yang dicampur
dengan bahan karbon aktif, dimana larutannya bersifat asam, dan prosesnya
terjadi perubahan warna, yaitu warna pink, juga dikarenakan larutan asam yang
dititrasi dengan larutan basa akan berubah menjadi pink. Selain itu, asam
asetat memiliki polaritas yang rendah dibandingkan larutan yang memiliki
polaritas yang tinggi. Dan pada saat proses penyerapan terjadi , itu
dikarenakan struktur dari karbon aktif , yang mana, semakin luas permukaan
karbon aktif, maka semakin banyak struktur asam asetat yang melekat dipermukaan
karbon. Oleh karena itu larutan sedikit mengalami perubahan.
BAB V
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat dari
data pengamatan sebagai berikut :
1. 1. Larutan Asam Asetat apabila teradsorpsi, warnanya menjadi
lebih keruh
2. Larutan sedikit keruh karena pengaruh dari bahan karbon
aktif
3. Semakin besar nilai konsentrasinya, semakin besar dan
lama pulalah nilai ekivalennya tercapai
4. Apabila larutan Asam dititrasi dengan larutan basa, maka
akan mengalami perubahan warna
5. Persamaan yang didapat dari Last Square yaitu :
DAFTAR PUSTAKA
1. Anwar, budiman. 2005. Kimia
Pemantapan. Bandung : Yrama Widia.
2. Sear,
F. W dan M. W. Zemansky. 1955. University
Phisic. New York:
Addison Wesley Publishing Company. Inc
3. Smith
C, Julian, Peter Hariot and Warren L. McCabe. 1999. Operasi Teknik Kimia. Jakarta:
Erlangga
4. Sukardjo. 1989. Kimia
Fisika. Yogyakarta : Rineka Cipta.
5. S. K. Dogra .1990. Kimia
Fisik. Jakarta : UI-Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar