Kamis, 11 Juni 2020

CONTOH TEKNOLOGI AIR DAN BUANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN LIMBAH DI PABRIK MIE INSTAN


CONTOH

TEKNOLOGI AIR DAN BUANGAN INDUSTRI

 

PENGOLAHAN LIMBAH DI PABRIK MIE INSTAN


1.    Ringkasan Sejarah Mie Instan dan Perusahaan

            Mie merupakan jenis makanan yang sudah begitu akrab bagi sebagian besar lidah orang Indonesia, bahkan dunia. Makanan yang banyak mengandung karbohidrat ini menggantikan fungsi nasi sebagai makanan pokok. Tekstur mie yang kenyal, dapat menyenangkan, dan cara memasaknya yang praktis membuat makanan ini banyak digemari.

            Menurut catatan sejarah, mie dibuat pertama kali di daratan Cina sekitar 2000 tahun yang lalu pada masa pemerintahan Dinasti Han. Dari Cina, mie berkembang dan menyebar ke Jepang, Korea, Taiwan, dan Negara-negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Di Benua Eropa, mie mulai dikenal setelah Marcopolo berkunjung ke Cina dan membawa oleh-oleh mie. Selanjutnya, mie berubah menjadi pasta di Eropa, seperti yang dikenal saat ini (Suyanti, 2008).

            Dalam Standar Nasional (SNI) nomor 33511994, mie instan didefinisikan sebagai produk makanan kering yang dibuat dari tepung terigu dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan, berbentuk khas mie dan siap dihidangkan setelah dimasak atau diseduh dengan air mendidih paling lama 4 menit. Mie instan umumnya dikenal sebagai ramen. Mie ini dibuat dengan penambahan beberapa proses setelah diperoleh mie segar. Tahap-tahap tersebut adalah pengukusan, pembentukan, dan pengeringan. Kadar air mie instan umumnya mencapai 5%- 8 % sehingga memiliki daya simpan yang lama. Berdasarkan proses pengeringan, dikenal dua macam mie pengeringan dengan cara menggoreng menghasilkan mie instan (instant atau fried noodle), sedangkan pengeringan dengan udara panas disebut mie kering (dried noodle). Mie instan mampu menyerap minyak hingga 20% selama penggorengan (dalam proses pembuatan mie) sehingga mie instan memiliki keunggulan rasa dibanding mie jenis lain. Namun demikian, mie instan diisyaratkan agar pada saat perebusan tidak ada minyak yang terlepas ke dalam air dan hasilnya mie harus cukup kompak dan permukaannya tidak lengket (Astawan, 1999).

            Salah satu perusahaan mie yang berada di Indonesia yaitu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, Noodles Division. Produk mie yang diproduksi oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, Noodles Division yaitu Indomie, Sarimi, Supermi, Nikimiku dan sakura. Kelima jenis produk ini mempunyai tingkat day  jual/pangsa pasar yang berbeda-beda dan merk Indomie yang paling laku di pasaran sedangkan produk lainnya dibawah Indomie. Selain itu, produk-produk yang dihasilkan oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, Noodles Division lebih menguasai pasar bila dibandingkan dengan perusahaan mie instan lainnya hal ini dapat dilihat dari tingkat penjualan produk mie instan di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, Noodles Division.

 

2. Bahan Pembuat Mie

2.1. Bahan Utama

            Tepung terigu merupakan bahan dasar pembuatan mie. Tepung terigu diperoleh dari biji gandum (Triticum vulgare) yang digiling. Keistimewaan terigu di antara serelia lainnya adalah kemampuannya membentuk gluten pada saat terigu dibasahi dengan air. Sifat elastis gluten pada adonan mi menyebabkan mie yang dihasilkan tidak mudah putus pada proses pencetakan dan pemasakan. Biasanya mutu terigu yang dikehendaki adalah terigu yang memiliki kadar air 14 %, kadar protein 8%-12 %, kadar abu 0,250,60 %, dan gluten basah 24%-36 %.

2.2 Tapioka

Tepung tapioka adalah pati yang diperoleh dari ekstraksi ubi kayu melalui proses pemarutan, pemerasan, penyaringan, pengendapan pati, dan pengeringan. Proporsi penggunaan terigu untuk industri pengolahan mie di Indonesia relative besar. Oleh sebab itu, pemanfaatan tepung tapioka sebagai pensubstitusi (mengurangi penggunaan) terigu dalam pembuatan mie diharapkan dapat memberi keuntungan yang cukup besar (Made Astawan, 1999). Tepung tapioca bisa digunakan sebagai bahan alternatif agar mie tetap kenyal.

2.3  Air

Air berfungsi sebagai media reaksi antara gluten dan karbohidrat, melarutkan garam, dan membentuk sifat kenyal gluten. Pati dan gluten akan mengembang dengan adanya air. Air yang digunakan sebaiknya memiliki pH antara 6–9, hal ini disebabkan absorpsi air semakin meningkat dengan naiknya pH. Makin banyak air yang diserap, mi menjadi tidak mudah patah. Jumlah air yang optimum membentuk pasta yang baik (Anonim, 2009).

2.4  Garam

Garam berperan dalam memberi rasa, memperkuat tekstur mie, meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas mi serta mengikat air. Garam dapat menghambat aktivitas enzim protease dan amilase sehingga pasta tidak bersifat lengket dan tidak mengembang secara berlebihan (Winarno, F. G, 1997).

2.5  Soda Abu

Soda abu merupakan campuran dari natrium karbonat dan kalium karbonat (perbandingan 1:1). Soda abu berfungsi untuk mempercepat pengikatan gluten, meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas mie, meningkatkan kehalusan tekstur, serta meningkatkan sifat kenyal (Made Astawan, 1999).

2.6  Minyak Goreng

Minyak dapat digunakan sebagai medium penggorengan bahan. Dalam penggorengan, minyak berfungsi sebagai medium penghantar panas, menambah rasa gurih dan kalori dalam bahan. Minyak yang telah rusak mengakibatkan kerusakan nilai gizi, tetapi juga merusak tekstur, flavor dari bahan yang digoreng. Kerusakan minyak selama penggorengan akan mempengaruhi mutu dan nilai gizi bahan yang digoreng. Minyak yang rusak akibat proses oksidasi dan polimerisasi akan menghasilkan bahan dengan rupa yang kurang menarik dan cita rasa yang tidak enak. Hasil oksidasi lemak dalam bahan pangan tidak hanya mengakibatkan rasa dan bau tidak enak, tetapi juga dapat menurunkan nilai gizi karena kerusakan vitamin (karoten dan tokoferol) dan asam lemak essensial dalam lemak (Ketaren, 1986).

 

3.  Pengolahan Limbah

3.1  Macam-Macam Limbah

            Macam-macam limbah yang yang ada di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk adalah :

3.1.1  Limbah Padat

a. Ceceran adonan mie dan produk kadaluarsa : mie gagal produksi, mie basah, mie hancur pecah (HP) dan mie hancur halus (HH), yang berasal dari pembentukan mie, pengukusan mie, dan saat penggorengan mie.

b. Bekas kemasan bahan baku, bahan penolong, dan kemasan rusak : plastik, karton, kantong tepung, bobin, kertas dari gudang Raw Material, gudang Finished Good, dan mesin pengemas.

c. Limbah padat domestik : karton dan sampah yang berasal dari kantor dan kantin.

3.1.2  Limbah Cair

     Berikut adalah macam-macam limbah cair di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk adalah :

a.  Limbah cair produksi

b. Limbah cair Laboratorium

c. Limbah Boiler

d. Limbah kantin dan toilet

3.2 Pengolahan Limbah

Limbah dari proses produksi di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang berupa limbah cair, limbah padat dan limbah gas. Limbah padat yang dihasilkan pada waktu proses produksi mie instan yaitu terdiri dari scrab mie HH/HP, scrab mie basah, scrab mie hancur minyak, scrab karton bekas bumbu, scrab karton bekas minyak bumbu, scrab sak tepung, scrab plastic bekas dan scrab bobin. Mie yang tidak masuk dalam standar produk dipisahkan dan ditempatkan pada plastik. Mie yang jatuh setelah melewati/sebelum pada waktu proses steam (scrab mi basah), fryer (scrab mi hancur minyak) diletakkan pada kantong plastic yang berbeda untuk kemudian digiling dan dijadikan pakan ternak, begitu juga untuk scrab mie yang jatuh ke lantai (berukuran kecil/serbuk). Sedangkan untuk scrab mie HP yang masih dalam keadaan bersih ini dijadikan serbuk koya. Scrab karton bekas bumbu, scrab karton bekas minyak bumbu, scrab sak tepung, scrab plastik bekas dan scrab bobin disimpan dalam gudang penyimpanan scrab untuk kemudian dijual. Limbah cair berupa sisa steaming, air sisa pencucian alat, air dari kantin, laboratorium, kamar mandi/toilet. Limbah ini nantinya diproses menjadi satu di tempat unit pengolahan limbah yang sudah disediakan sehingga tidak mengotori lingkungan dan prosesnya pun sangat ramah lingkungan. Diagram alir proses pengolahan limbah dapat di lihat:


Trapping

↓ 


Ekualisasi

 ↓ 


UASB

↓  


Aerasi

↓  


Sedimentasi

 ↓ 


Koagulasi

 ↓ 


Klorinasi

 ↓ 


Filterisasi

↓  


Air limbah terolah

 ↓ 


Penampungan

 ↓ 

Air untuk penyiraman taman, pencucian ban mobil

 

Keterangan:

a.    Traping adalah usaha memisahkan antara limbah padat yang terikut dalam limbah mengalir, limbah mengapung dan limbah cair.

b. Equalisasi adalah mengikat sumber limbah yang bermacam-macam yaitu unit produksi, kantin, kamar kecil dan boiler.

c. Aerasi bertujuan untuk mendgradasi sisa polutan secara aerob.

d. Sedimentasi mengendapkan padatan tersuspensi yang terikat dalam proses aerasi.

e. Bak kontrol diuji apakah memenuhi syarat untuk kehidupan atau tidak dengan cara memelihara ikan mas didalamnya.

f. Koagulasi dan sedimentasi penggumpalan dimaksudkan menggumpalkan padatan tersuspensi dengan bantuan Alumunium Sulfat (Al2(SO4)3) yang disebut juga Filter Alumunium.

g. Klorinasi untuk membunuh mikroba yang mungkin ada dalam air limbah maka dimasukkan kaporit (CaCl(OCl) ke dalam air di bak klorinasi.

h. Penyaringan dan organosorb sisa endapan yang masih terikat dalam air yang telah diklorinasi disaring dengan menggunakan sand filter dan arang aktif.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar